Politik Identitas: Aksi 212 dalam Politik Electoral di Indonesia MT Gerakan massa Islam dalam percaturan elektoral nasional tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Aksi yang di kenal 212 ini mampu menghimpun ratusan ribu massa dalam satu acara menjadi kasus yang menarik. Aksi ini menjadi bagian social movement yang diklaim memperjuangkan kepentingan dari sebagian umat Islam di Indonesia. Aksi ini menjadi agenda rutin setiap bulan Desember, setelah sukses menjalankan agenda Aksi Bela Islam sebelumnya se banyak 6 jilid berturut-turut. Agenda tersebut tak lain untuk mengkriminalisasikan Basuki Tjahya Purnama (Ahok) atas tuduhan penistaan agama pada tahun 2016 sampai 2017 silam. Kini aksi massa kembali digelar dengan tajuk reuni 212 yang juga dipusatkan di Monas. Penamaan aksi 212 merujuk pada aksi puncak yang dihadiri ratusan ribu orang bahkan beberapa versi menyebutkan jutaan sebagai kelanjutan perjuangan aspirasi massa aksi bela Islam 212 awal bulan Desember 2016 lalu. Ak
Cerita Gus Dur Mengenai Prabowo Ada satu cerita menarik Gus Dur mengenai sosok Prabowo Subianto. Pesan ini saya dapatkan dari Gus Natsir atau dikenal dengan Gus Cecep putra KH Karim Hasyim bin KH Muhammad Hasyim Asyari. Cerita Peristiwa ini terjadi kurang lebih satu bulan sebelum Gus Dur berpulang kehadirat illahi. Ketika itu berada di Probolinggo Gus Dur, Gus Cecep dan satu orang lainnya yang sedang memijat Gus Dur berada dalam satu ruangan. Setelah ngobrol ngalur ngidul Gus Dur tiba-tiba berseloroh, “Sayang kemarin Prabowo mencalonkan hanya seba gai wakil presiden (2009), disitu saya tidak terlalu cocok. Nanti kalau seandainya Prabowo itu nyalon sebagai presiden lagi, ya dibantu. Tetapi kalau dia tidak mencalonkan lagi, ya kamu tidak usah milih, tidak usah ikut-ikutan. Yo sudah masuk ke TPS dicoblos semua” Melihat perkataan Gus Dur tersebut setidaknya menimbulkan berbagai pertanyaan. Mengapa Gus Dur sempat-sempatnya berkata demikian, adakah kaitannya dengan masa depan Indones