Langsung ke konten utama

STRATEGI PEMASARAN POLITIK PARTAI GERINDRA PADA PEMILU 2014

1.1  Latar Belakang

Partai politik merupakan salah satu sarana untuk menyalurkan aspirasi elit-elit politik dalam upayanya memperoleh kekuasaan. Dengan mengusung  kepentingan kelompok melalui platform politik yang khas menjadikan partai politik sebagai sarana pembangunan nalar politik bagi masyarakat. Pembalajaran disini memposisikan partai politik tidak hanya sebagai alat untuk memperoleh kekusaan semata. Banyak fungsi yang sebenarnya dimiliki partai politik  bagi masyarakat pada umumnya semisal partai politik sebagai sarana komunikasi politik yang mengatur dan meyalurkan banyak keinginan masyarakat sehingga muncul kesamaan tujuan. Disisi lain partai politik juga bisa difungsikan sebagai alat pemahaman setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kepada masyarakat. Selain itu pertai juga sebagai sarana rekrutmen politik sekaligus sarana dalam mengatur konflik. Meskipun pada fakta rill dilapangan fungsi partai yang terlihat hanya pada proses merengkuh kekuasaan saja.
Tidak bekerjanya fungsi partai politik di Indonesia terjadi dikarenakan adanya sikap pragmatisme partai yang lebih mementingkan bagaimana mempertahankan kekuasaan dibanding dengan mempertahankan idealisme partai itu sendiri. Hal ini terlihat dari proses rekrutmen partai dalam pileg maupun pilkada, terlihat jelas partai hanya menimbang aspek ekonomi semata dibanding dengan kapasitas dan kemampuan calon dalam menjalankan tugas dan perannya. komunikasi partai politik pun lebih condong untuk propaganda kepentingan partai tersebut. tak heran jika hal tersebut memunculkan opini negatif publik tentang partai politik di Indonesia.
Pada titik inilah partai politik harus cepat dan jeli dalam membaca situasi yang muncul di masyarakat. Gerak cepat dalam menyusun strategi sangat dibutuhkan guna memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Adu strategi dilakukan antar partai politik demi memperoleh suara sebanyak-banyaknya. Utamanya ketika musim pemilihan umum tiba, partai politik menawarkan banyak program yang dijadikan landasan untuk menjaring konstituen. Tak ayal beberbagai macam cara dilakukan dari melibatkan konsultan politik, dana yang banyak hingga konsep political marketing atau marketing politik. konsep ini dijalankan oleh para pengurus partai demi mengemas citra partainya sedemikian rupa.
Kita bisa mengamati kegiatan dan program partai politik pada 2014 silam. Kampanye dengan pengerahan massa yang begitu besar dan biaya iklan politik dimedia massa maupun elektronik tak segan-segan digelontorkan. Maka tak aneh jika mayoritas partai politik memasang mahar yang  tinggi bagi para calon legislatif maupun kepala daerah menggunakan partai sebagai kendaraan politik sekaligus mesin pendulang suara pada waktu pemilihan.
2.2 Definsi Marketing Politik
 Marketing Politik atau pemasaran politik merupakan suatu strategi yang diterapkan oleh suatu partai atau kadidat yang menggunakan penelitian melalui jajak pendapat dan analisa lingkungan untuk menawarkan dan mempromosikan beberapa produk yang ditujukan untuk menarik simpati para pemilih sehingga tujuan dari organisasi bisa tercapai.[1] Pemasaran politik menurut Adman Nursal berarti serangkaian aktivitas terencana, tapi juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih. Tujuannya adalah membentuk dan menanamkan harapan, sikap, keyakinan, orientasi dan perilaku pemilih, sehingga diharapkan pemilih dapat menjatuhkan pilihannya kepada salah satu partai atau kandidat tertentu.[2]
Kemasan produk partai bisa berbentuk program yang inisiatif semisal gagasan politk, ideologi, karateristik pemimpin partai serta program kerja partai yang memang diminati oleh masyarakat sehingga ketika dalam pemilihan, mereka bisa merubah pilihannya. Dalam pemilihan produk yang dilakukan oleh partai biasanya harus diawali dengan sebuah riset tentang keadaan di lapangan. Hal ini harus dilakukan sebuah partai  agar  mampu membaca peta politik lawan.
            Marketing politik sebenarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mengombinasikan antara ilmu marketing dan ilmu politik. Sehingga bila ditelisik lebih lanjut marketing politik termasuk pada subdisiplin ilmu yang ada didalam disiplin ilmu politik. Tak heran bila partai yang pada subtansinya memakai ilmu politik harus juga menggunakan disiplin ilmu management. Jadi perpaduan inilah yang akan menjadi efektitasnya partai dalam mekampanyekan programnya.
            Marketing politik yang dijalankan partai dianalisis dan dibagi  oleh Lees Machement menjadi 3 konsep yakni[3]:
1.      Partai yang berorintasi dengan produk
Pada konsep ini partai politik tidak terlalu mementingkan perolehan suara pada pemilihan umum. Namun partai disini lebih mementingkan ideologi partai dengan mengandalkan militansi dari para kadernya. Biasanya pada partai yang menggunakan konsep ini memiliki kualitas output yang bagus dalam memahami arah dan ide partai itu didirikan.
2.      Partai yang berorientasi pada penjualan
Maksud dari penjualan disini adalah upaya partai dalam memperoleh suara pemilih menggunakan strategi penawaran ide, program partai, dan gagasan. Partai politik yang menjalankan konsep ini harus sebaik mungkin dalam melakukan komunikasi politik kepada pemilih. Seringkali partai menerapkanya dengan mensosialisasikan programnya melalui iklan politik baik dimedia elektronik maupun cetak.
3.      Partai yang berorientasi pada pasar
Konsep yang satu ini memang memilik perbedaan yang mencolok jika dibandingkan dengan dua konsep sebelumnya. Dimana partai menjalankan program partai mengikuti kehendak dari para pemilihnya. Sehingga yang muncul bukan partai merancang program kerjannya tapi melihat dari kebutuhan yang cukup urgent dipemilihnya. 
            Dari sinilah marketing politik diterapkan oleh partai politik dengan sekaligus meminta jasa konsultan politik guna memantapkan program kerja yang ditawarkan. Pada umumnya pemilih memiliki karateristik yang berbeda pada setiap wilayah pemilihan sehingga partai juga harus memiliki program yang bevariasi disetiap daerah tersebut.          
3.      Partai Gerindra
Partai gerindra merupakan partai yang tergolong baru dikancah perpolitikan di Indonesia. Partai yang dideklarasikan pada tanggal 6 februari 2008 ini pertama diketuai oleh Suhardi yang dibantu politisi muda Fadli Zon dan pengusaha Hashim Djojohadikusumo. Partai dengan lambang kepala burung garuda ini dibetuk dalam upaya mencarika jalan keluar untuk memperjuangkan keadilan dan kemakmuran bagi rakyat Indonesia. Dalam manifesto partai Gerindra tertulis tentang terwujudnya tatanan masyarakat yang nerdeka , adil, makmur, berdaulat, bersatu, serta beradab dan berketuhanan.  Partai ini juga mengkonsepkan masalah ekonomi kerakyatan yang sering digadang-gadangkan oleh beberapa ekonom.
Prabowo Subianto sendiri yang selaku tokoh sentral di paertai ini, sebelumnya merupakan dewan penasehat parti Golkar. Namun setelah ditunjuk untuk membantu Gerindra Prabowo saat ini menjabat ketua partai  menggantikan Suhardi sekaligus dewan pembina partai. Pemberian lambang kepala garuda partai Gerindra merupaka inisiatif Prabowo setelah mempertimbangkan masak-masak setelah sebelumnya banyak masukan dari beberapa orang untuk memilih lambang harimau sebagai identitas partai.
 Visi Partai Gerindra adalah menjadi partai politik yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan tatanan politik negara yang melandaskan diri pada nilai-nilai nasionalisme dan religius dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang senantiasa berdaulat di bidang politik, berkepribadian di bidang budaya dan berdiri diatas kaki sendiri dalam bidang ekonomi.[4]
Partai Gerindra mulai ikut pemilu pertama kali pada tahun 2009 yang mana memperoleh 4,46% atau 4.646.406 suara.[5]  Hasil ini menempatkan 26 kader Gerindra duduk di perlemen. Pada tahun 2009 juga Gerindra berkoalisi dalam pemilihan presiden dengan PDIP yang mengusung duet Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto. Walaupun duet ini kalah bersaing dengan incumbent Susilo Bambang Yidhoyono berdampingan dengan Budiono. Perolehan suara yang didapat Mega-Prabowo 26,79% sedangkan SBY-Budiono 60,80% yang berakhir hanya satu putaran saja.[6]
Tahun 2014 partai Gerindra sukses memperoleh 14.760.371 (11,81 persen) yang naik seratus kalilipat dibanding hasil pemilu 2009.[7] Capaian ini menjadikan partai Gerindra sebagai pemenang ketiga setelah PDIP dan Golkar. Kemudian pada saat Pilpres Gerindra membentuk koalisi Merah Putih (KMP) bersama PAN, Golkar, PPP, PKS, dan PBB mengsung pasangan Prabowo Hatta. Meski hasil penghitungan akhir pasangan ini kalah tipis dengan Jokowi-Jusuf Kalla yang diusung PDIP beserta koalisi Indonesia Hebat (KIH)
4.      Strategi Pemasaran Politik Gerindra
Strategi pemasaran politik atau juga sering disebut poltical marketing dijadikan cara jitu untuk melakukan  hubungan dengan konstituen secara efektif dan efisen. Tujuan partai untuk beriklan untuk membangun posisi partai pada konstituen dan juga mengharapkan adanya potensi pemilih baru.[8] melakukan strategi dengan menempatkan posisi partai dan mengandalkan brand partai bukanlah perkara mudah mengingat kompetisi antar partai yang sangat ketat. Strategi pemasaran politik ini hampir dilakukan oleh seluruh partai politik termasuk partai Gerindra. Oleh karenanya partai Gerindra melakukan penawaran yang harus menarik agar mendapat pilihan dari masyarakat.
Hal ini tak lepas dari hasil yang diperoleh partai Gerindra pada pemilu 2014 lalu yang perolehan suaranya meningkat tajam. Partai ini sendiri memiliki marketing yang menggunakan jasa media massa dalam penewarannta partai tersebut kepada masyarakat. Strategi ini membuat patai Gerindra lebih dikenal, tetap dikenal, dan dikenal luas. Seperti pada pemilu 2014 lalu partai Gerindra menampilkan 19 tema kampanye terbanyak dibanding dengan partai lainya. Banyaknya tema yang dilayangkan dimaksudkan untuk menampilkan kreatifitas tim Gerindra untuk memikat konstituen. Sehingga dengan banyak pilihan iklan penonton tidak merasa bosan dan jenuh. Partai besutan Prabowo ini menghabiskan 26,49 milyar untuk melakukan iklan dimedia selama periode kampanye terbuka 16 maret 2014 sampai dengan 5 april 2014.[9]
Selain beriklan dimedia elektronik dan cetak, Gerindra juga menyasar media sosial yang sebenarnya cukup efektif sebagai sasaran membangun image partai pada pengguna medsos. Di facebook Gerindra menampilkan sosok garuda atau lebih dikenal dengan Mas Garuda yang menyampaikan informasi mengenai aktvitas partai Gerindra sangat melekat bagi para facebooker. Tercatat lebih dari 3,5 juta fanspage partai Gerindra menjadikan partai ini sebagai pemilik fanspage terbesar dan teraktif untuk katagori partai politik di asia tenggara. Lahan garapan yang cukup menjanjikan untuk menyampaikan program kerja Gerindra disini juga melibatkan kader-kader muda yang tergabung dalam organisasi sayap yang diberi nama Tunas Muda Indonesia Raya (TIDAR). Disinilah salah satu kunci yang menjadi sumber suara Gerindra [ada pemilu 2014.
Gerindra juga sangat lekat sekali dengan konsep kemandirian bangsa sehingga tak heran jika partai Gerindra menjadi salah satu penggiat ekonomi kerakyatan. Konsep yang pernah digariskan oleh bung Hatta ini diperjuangkan kembali oleh Gerindra. Dimana posisi ekonomi kerakyatan berlandaskan pada bagaimana mencapai kebutuhan hidup rakyat. rakyat disini menjadi subyek sedangkan negara menjadi pemeran utama dalam upaya mensejahterakan rakyat sehingga harapannya adalah saling melengkapi satu sama lain. Maka bentuk gotong royong semacam koperasi yang memiliki mekanisme bagi hasil merupakan pilihan tepat sesuai budaya bangsa Indonesia. Maka dari itu munculah program partai gerindra seperti pendirian bank tani, bank nelayan, menambah alokasi anggaran untuk buruh, UMKM, infrastukstur, dan rumah sehat desa.
Pada pelayanan kesehatan partai Gerindra menyediakan Ambulance Gerindra yang diurus oleh Badan Kesehatan Indonesia Raya (Kesira) sebagai sayap partai. Ambulance yang tersebar di seluruh Indoesia dari sabang sampai merauke ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan 24 jam kepada masyarakat secara gratis. Partai Gerindra sudah memiliki 400 unit mobil ambulance yang sudah beroperasi sejak tahun 2010.[10] Pelayanan gratis yang diberikan baik antar orang sakit, meninggal, dan masalah darurat lainya. Pogram Gerindra ini dimaksudkan untuk meringankan bebab masyarakat ekonomi lemah sekaligus kewajiban partai politik dalam memberikan pelayanan membanru pemerintah. Pada momen lebaran Gerindra juga mendirikan 200 posko mudik guna memberikan pelayanan kesehatan bagi para pemudik yang tersebar dari Jawa, Bali dan NTB.[11]
Ada satu program yang mejadi daya tarik Gerindra yakni istilah revolusi putih. Nama ini diambil menyangkut masalah kesehatan bagi anak-anak Indonesia, program yang dicanangkan dengan memberikan susu kepada anak-anak miskin disekolah. Aksi ini diwanti wanti akan bisa dirasakan manfaatnya di masa depan sebab program ini termasuk program jangka panjang. Program revolusi putih ini menjadikan Gerindra satu-satunya partai yang membagikan susu gratis di Indonesia. Pembagian susu juga diberikan pada korban bencana alam seperti peristiwa meletusnya gunung kelud, banjir di Indamayu, dan diberbagai tempat lainya.
Enam program aksi transformasi yang menjadi jurus jitu Gerindra pada pemilu tahun lalu cukup menarik konstituen, utamanya untuk kalangan muda. Menurut exit poll yang dirilis Indikator Politik Indonesia pemilih utama partai ini berasal dari kelompok usia kurang dari 25 tahun dan usia antara 26-40 tahun.[12] Tentunya segmen dari pemilih muda ini menjadi tabungan suara Gerindra untuk pemilu mendatang dengan catatan mampu mempertahankan program yang memang menjadi daya tarik kelompok pemilih usia muda tersebut. Gerindra sendiri dalam 6 program aksi memang memfokuskan pada masalah yang dihadapi generasi muda seperti lapangan pekerjaan, pendidikan, teknologi dan olahraga.
Disisi lain partai Gerindra juga berhasil mengambil alih predikat partainya wang cilik dari PDIP, mengingat gaya dalam menjajakan program Gerindra memang menyasar pada para petani, nelayan dan buruh. Dari pemasaran program partai tersebut terbukti berhasil menarik pemilih dan meraup suara 3 kali lipat dibanding pemilu tahun 2009. Tak ayal jika sebagian pengamat menyebutkan pemenang pemilu 2014 pertama ditempati Gerindra dengan memperoleh kenaikan7% suara disusul PDIP 5% dan PKB%.
5.      Prabowo effeck, kunci suara Gerindra
Terlepas dari semua program yang dijalankan, partai Gerindra juga mempunyai kartu truf yang menarik animo cukup besar, yakni sosok Prabowo Subianto. Tak dipungkiri pengaruh dari peran sentral Prabowo berdampak signifikan juga terhadap perolehn suara Gerindra. Dengan sosok tegas, berwibawa dan visioner memiliki daya tarik tersendiri bagi para pemilih pemula. Meski terlepas dari masa lalu Prabowo yang disangkutpautkan dengan pelanggaran HAM masa orde baru. Pada dasarnya publik sudah mengetahui jauh-jauh hari tentang Prabowo sebagai calon Presiden padahal Prabowo sendiri belum secara resmi maju sebagai calon. Disinilah peran Gerindra dalam memposisikan Prabowo sebagai salah satu icon partai baik dalam tampil diiklan atau dalam penyampaian gagasan-gagasan partai.
Politik pemasaran Gerindra semakin sukses setelah  berhasil membangun citra dari sosok Prabowo  sebagai sosok yang ideal sebagai presiden. Seperti yang dipaparkan oleh Nimmo terkait citra personal dalam politik memiliki tiga manfaat diantaranya, Pertama, betapapun benar atau kelirunya, lengkap atau tidak lengkapnya pengetahuan orang tentang politik, hal itu memberikan jalan kepadanya untuk memahami peristiwa politik tertentu. Kedua, kesukaan atau ketidaksukaan umum pada citra seseorang tentang politik menyajikan dasar untuk menilai objek politik. Ketiga, citra diri seseorang memberikan cara menghubungkan dirinya dengan orang lain.[13] Pembangunan citra yang dilakukan Gerindra tidak serta merta instan tapi maraton sejak tahun 2009 hingga menjelang pemilu tahun 2014.
Komunikasi dua arah yang dibangun Gerindra dengan memanfaatkan media daring berhasil menyedot fanspage baik di facebook maupun di twitter dengan sosok Prabowo sebagai brand politik. Melalui media tersebut Gerindra melakukan interaksi dengan para pengguna sehingga jumlah penggemarnya melebihi presiden RI. Langkah yang dilakukan Gerindra tersebut tidak diikuti oleh partai lain. Tak heran jika tercatat dalam mesin monitoring socialmetion.com dan howsociable.com Prabowo menjadi salah satu nama yang menjadi trandingtopic utamanya dalam jejaring sosial.[14] Posisi tersebut tak lepas dari peran para simpatisan dan team media Gerindra dalam membangun opini publik. Sehingga pendapat publik mengenal Gerindra sebagai Prabowo dan Prabowo sebagai Gerindra.
Gaya membangun citra disini juga tak lepas dari peran konsultan politik yang cermat dalam menyusun strategi untuk memoles partai. Perbedaan strategi Gerindra dari pemilu 2009 dengan 2014 terlihat begitu jelas. Dimana pada 2009 Gerindra melakukan perekrutan anggota secara masal dengan mencetak kurang lebih 12 juta kartu anggota. Sayangnya pasca pemilihan perolehan suara partai Gerindra tidaklah berbanding lurus dengan jumlah kartu anggota yang dicetak. Pada saat tahun tersebut 2009 Gerindra hanya meperoleh suara 4. hanya sepertiga suara dari total kartu anggota yang dicetak. Hal ini merupakan salah satu strategi pemasaran politik gagal yang Gerindra jalankan.
Selain itu pada pemilu 2009 Gerindra hanya mengandalkan pembangunan position dialam bawah sadar pubik dengan memborbadir iklan dimedia elektronik terutama televisi. Sehingga program partai yang realistis dan riil belum dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat. Hanya saja penanaman mindset masalah Indonesia yang harus berdikari dibidang ekonomi, politik dan budaya yang dibawakan Prabowo berhasil menjadi jargon ampuh yang berkelanjutan hingga menjelang pada pemilu 2014.
Baru pada tahun 2010 Gerindra banyak mengkonsepkan inovasi-inovasi program partai yang sekiranya mampu menjadi daya pikat konstituen. 6 program transformatif menunjukan Gerindra telah meemukan inovasi program yang belum dimiliki partai lain. Program tersebut menjadi dasar Gerindra untuk menkampanyekan perubahan besar di Indonesia. Kepedulian yang dibangun memiliki ruh dan aksi nyata menjadikan Gerindra sebagai partai yang sukses membangun kepercayaan kepada para pemilihnya.



6.      Catatan Kritis
Terlepas dari kesuksesan Gerindra memperoleh suara tiga kali lipat lebih banyak dari pemilu sebelumnya, partai kepala burung garuda juga memiliki beberapa catatan yang harus diperhatikan. Hal ini merujuk pada peumpamaan tiada gading yang tak retak yang sering kita dengar. Pertama strategi pemasaaran partai Gerindra lebih didominasi oleh pemasaran dari ketokohan Prabowo Subianto. Upaya pembanguanan image partai yang tergolong sukses ini juga mejadi masalah kedepanya. Dimana partai Gerindra akan krisis tokoh sentral dimasa  yang akan datang bila Prabowo Subianto sudah tidak lagi aktif didunia perpolitikan. Hal ini juga akan berpengaruh pada perolehan suara Gerindra yang dimasa yang akan datang akibat sudah tidak memiliki image atau icon partai yang visioner.
Disatu sisi pengemasan citra Prabowo Subianto sebagai tokoh Gerindra memang mendapat apresiasi sukses. Penilaian ini diambil dari pendapat masyarakat yang mengenal Prabowo sebagai tokoh Gerindra. Tapi ada satu catatan merah yang juga bisa menjadi blunder bagi partai Gerindra terkait masalah dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo. Disinilah yag kerapkali menjadi sasaran tembak oleh para lawan-lawan politik untuk menjatuhkan citra Gerindra dan Prabowo.
Pada catatan yang lain ambulace gratis yang disediakan oleh Gerindra tiak sesuai dengan jumlah penduduk yang membutuhkanya. Disinilah upaya pengrus Gerindra pusat untuk terus mengupayakan penambahan unit ambulance gratis ke masyarakat. Seperti yang saya peroleh dari saah satu DPC di Kapupaten Jombang yang emenyebutkan bahwa untuk Jombang beluum memilik mobil ambulance gratis. Sehingga terkadang akibat tidak meratanya pembagian ambulance ini berdampak pada loyalitas pengurus partai atau DPC di daerah. Dalam pengimplementasiannya mash menyisakan pertanyaan apakah ambulace itu gratis 100% atau pegguna masih harus menanggung beban bahan bakar dan jasa sopir ambulance itu sendiri. Jadi setidaknya partai harus menjelaskan secara detail agar tidak memunculkan spekulasi masalah penggunaan ambulance Gerindra tersebut.
Terakhir yang harus tetap diperjuangkan partai Gerindra yakni tetap konsisten dalam menjajakan program yang telah dikonsepkan oleh partai semisal masalah revolusi putih atau bagi-bagi susu gratis. Disini Gerindra harus tetap menjalankan program tersebut walaupun bukan pada saat masa pemilu. Sehingga manfaat yang diperoleh ialah kepercayaan masyarakat yang terus meningkat dengan anggapan program Gerindra bukan hanya sebagai momen mencari perhatian pada pemilu saja.
Daftar Pustaka
 Nursal, Adman. Strategi Memenangkan Pemilu, Gramedia: Jakarta.
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika.2013.Dinamika Komunikasi Politik Menjelang Pemilu 2014. Bandung: Kementrian Komunikasi dan Informatika.
Dominic Wring,” Reconciling Marketing with Political Science: Theories of Political Marketing”, Journal of Marketing Management, 1997, Vol 13, pp.651-663, 6





http://www.detiklampung.com/berita-1246-gerindra-tambah-bantuan-ambulan.html

Indikator (2014). Hasil Exit Poll Pemilu Legislatif 2014. Jakarta, Indikator Politik Indonesia - Metro TV.
Wawancara dengan ketua DPC. Gerindra Kab. Jombang Jawa Timur




[1]  Dominic Wring,” Reconciling Marketing with Political Science: Theories of Political Marketing”, Journal of Marketing Management, 1997, Vol 13, pp.651-663, 6  
[2] Adman Nursal, Strategi Memenangkan Pemilu, Gramedia: Jakarta, 2004 hlm 23.
[3] Ibid.,
[4] http://partaigerindra.or.id/manifesto-perjuangan-partai-gerindra
[5] http://www.partai.info/pemilu2009/index.php diakses pada 4 november 2015 pukul 13.14
[6] http://news.detik.com/berita/2645367/melihat-perbandingan-pilpres-2004-2009-dan-2014 diakses pada 4 november 2015 pukul 13.31
[8]
[12] Indikator (2014). Hasil Exit Poll Pemilu Legislatif 2014. Jakarta, Indikator Politik Indonesia - Metro TV.
[13] Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika.2013.Dinamika Komunikasi Politik Menjelang Pemilu 2014. Bandung: Kementrian Komunikasi dan Informatika.
[14] Ibid.,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Nasakom, Gagasan Ideologi Oplosan ala Soekarno

Konsep Nasakom, Gagasan Ideologi  Oplosan  ala Soekarno Rasa jenuh pastinya menggelanyut diperasaan setiap masyarakat Indonesia jika memandang situasi  pemerintahan di Jakarta. Hal ini tak lepas media yang selalu memberitakan tayangan kisruh para elit politik kepada masyarakat. Kisruh yang tak kunjung usai setia mengiringi pemeritahan Jokowi-JK sejak dilatik pertengahan oktober 2014 silam. Keadaan ini diperparah dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menembus angka Rp.13.150, terburuk pasca reformasi. Harga  BBM yang tiap bulannya naik turun  diikuti melambungnya harga sembako yang kian hari semakin membuat masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama bagi mereka kelas menengah kebawah. Perbedaan mencolok kemampuan ekonomi masyarakat juga menambah gap antara si kaya dengan miskin semakin lebar.  Perhatian serius harus ditekankan pada masa-masa transisi seperti ini karena hal yang tak mungkin bisa terjadi. Akibat dari rasa frustrasi masyarakat yang akut aka

Ternyata Mengkeramatkan Kuburan Itu "Boleh"

Ternyata Mengkeramatkan Kuburan Itu "Boleh" Makam Rosulullah S.A.W Beberapa waktu yang lalu, seorang tokoh Wahabi mempersoalkan kuburan keramat. Menurut tokoh yang bersangkutan, berziarah ke makam para nabi, para wali dan para ulama, hanya boleh dengan tujuan agar kita mengingat mati dan mendoakan mereka. Sedangkan ziarah ke makam mereka dengan tujuan tabaruk, atau ngalap barokah kata orang Jawa, adalah dilarang dan pasti tidak akan mereka (Wahabi) lakukan. Ziarah dengan tujuan tabaruk, diistilahkan dengan mengkeramatkan kuburan. Tulisan ini akan berusaha mengajak kaum Wahabi untuk berpikir dengan jernih, dan kembali ke ajaran kaum salaf, yang memang mengkeramatkan kuburan keramat, seperti makam para nabi, para wali, orang-orang shaleh dan para ulama. Sebagaimana dimaklumi, bahwa di antara tujuan ziarah kubur, adalah tabaruk, atau ngalap barokah. Ziarah kubur dilakukan dengan tujuan tabaruk, adalah ketika makam yang diziarahi adalah makam para nabi, para wali, orang-o

Peran Nahdlatul Ulama sebagai Pembedaya Gerakan Masyarakat Sipil di Indonesia

Peran Nahdlatul Ulama sebagai Pemberdaya Gerakan Masyarakat Sipil di Indonesia Abstrak Civil society atau masyarakat sipil merupakan komponen penyeimbang dari kekuasaan negara. Gerakan ini muncul melalui keinginan dan tuntutan hak dari masyarakat kepada pihak pemerintah selaku penyelenggara pelayanan publik. Oleh karenanya untuk mewujudkan tuntutan tersebut maka masyarakat membutuhkan alat untuk mengekspresikan dan menyalurakan keinginanya kepada penguasa. Kehadiran NU sebagai jam’iyyah dinniyah memberikan warna sebagai perantara untuk mendapingi masyarakat dalam berhubungan dengan hegemoni negara. Tugas organisasi NU juga sebagai pemberdaya masyarakat dalam menghadapi permaslahan-permaslahan yang muncul dikehidpan sosial menempatkan organisasi warga nahdliyyin tersebut menjadi salah satu ruh berdirinya NKRI secara seimbang baik menjasi social control maupun social engeneering. Pendahuluan              Civil socety   atau  masyarakat sipil merupakan sebuah bentuk gerakan